“ Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan. ”

“ Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. ”

Jumat, 13 Juni 2014

Distribusi obat dalam tubuh

 MAKALAH DISTRIBUSI OBAT DALAM TUBUH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Dalam arti luas, farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Senyawa ini biasanya disebut obat dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan risiko penggunaan obat.
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat. Farmakologi terutama terfokus pada dua sub, yaitu farmakokinetik dan farmakodinamik.
Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik, seorang farmasis dapat menjadi suatu masalah untuk bagi pasien karena tidak ada obat yang aman secara murni. Hanya dengan penggunaan yang cermat, obat akan bermanfaat tanpa efek samping tidak diinginkan yang tidak mengganggu.
Farmakokinetika adalah segala proses yang  dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi, distribusi,  metabolisme ( biotransformasi ), dan ekskresi.Tubuh kita dapat dianggap sebagai ruangan besar, yang terdiri dari beberapa kompartemen yang terpisah oleh membran-membran sel. Sedangkan proses absorpsi, distribusi dan ekskresi obat dari dalam tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena proses ini tergantung pada lintasan obat melalui lintasan tersebut.
Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein ( lemak dan protein ) yang mengandung banyak pori-pori kecil, terisi dengan air. Membran dapat ditembus dengan mudah oleh zat-zat tertentu, dan sukar dilalui zat-zat yang lain, maka disebut semi permeabel. Zat-zat lipofil ( suka lemak ) yang mudah laryt dalam  lemak dan tanpa muatan listrik umumnya lebih lancar melintasinya dibandingkan dengan zat-zat hidrofil dengan muatan (ion).
Penelitian efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa penyakit berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.
Obat adalah benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskangejala,atau memodifikasi proseskimiadalam tubuh. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hinga akhirnya obat dikeluarkan lagi dari tubuh.
Prosestersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikansecara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksidengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksifarmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkanefek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obatyang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi,metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Tubuh kita punya banyak enzim yang dapat berinteraksi dengan berbagai molekul,termasuk obat, yang berpotensi menjadi racun atau nutrien. Namun, setiap individu jugamemiliki gen berbeda dan produk proteinnya menentukan kemampuan individu merespons obat.Obat yang masuk dalam tubuh - entah lewat cara oral, irup, suntik, atau serap lewat pori- pori kulit - akan melalui beberapa tahap sebelum mencapai sasaran. Setelah diserap, proteinmenjemput dan mengantarkan obat ke dalam suatu sel, misal sel hati. Di sini mereka mengalamimodifikasi oleh sejumlah enzim metabolik (pembongkar-penyusun); bisa diaktifkan atau diurai.Pada manusia bentuk enzim itu berlainan akibat perbedaan dari genetic. Bisa jadi seseorang punya enzim sangat aktif sedangkan milik orang lain malah tidak terlalu aktif

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Dapat mengetahui definisi dari proses distribusi.
2.      Dapat mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi proses distribusi.
3.      Dapat mengetahui mekanisme dari proses distribusi.

1.3 TUJUAN
1.      Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari proses distribusi.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi proses distribusi.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme dari proses distribusi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Distribusi obat adalah proses-proses yang berhubungan dengan transfer senyawa obat dari satu lokasi ke lokasi lain di dalam tubuh. Distribusi merupakan perjalanan obat ke seluruhtubuh. Setelah senyawa obat memasuki sistem sirkulasi melalui absorpsi atau injeksi, senyawa tersebut akan didistribusikan ke seluruh tubuh.
Setelah melalui proses absorpsi, obat akan di distribusikan keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikakimianya. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel, terdistribusi kedalam sel, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel, sehingga distribusinya terbatas, terutama dicairan ekstra sel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan.
Derajat ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat ( Kemampuan obat untuk mengikat reseptor) terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sedikit.

2.2. FAKTOR – FAKTOR MEMPENGARUHI DISTRIBUSI
Proses distribusi ini dipengaruhi oleh :
1.       Pengikatan protein plasma
2.       Kelarutan obat dalam lipid (yaitu, apakah obat tersebut larut dalam jaringan lemak)
3.       Sifat-keterikatan obat
4.       Aliran darah ke dalam organ dan keadaan sirkulasi
5.       Kondisi penyakit

Penjelasan dari faktor- faktor yang mempengaruhi proses distribusi, yaitu :

1.         Protein plasma
Obat terikat dalam protein plasma dalam taraf yang bervariasi.Ikatan protein pada obat akan mempengaruhi intensitas kerja, lamakerja dan eliminasi bahan obat sebagai berikut: bagian obat yangterikat pada protein plasma tidak dapat berdifusi dan pada umumnyatidak mengalami biotransformasi dan eliminasi. Jadi hanya obat –obatbentuk bebas saja yang akan mencapai tempat kerja dan berkhasiat.


2.         Kelarutan Lipid
Kelarutan lipid merupakan taraf larutnya obat di dalam jaringanlemak tubuh. Tubuh secara kimiawi tersusun dari sejumlahkompartemen cairan dan jaringan lemak. Sebagian besar obat didistribusikan ke seluruh kompartemen cairan dalam tubuh, dan kemudian akanditeruskan ke dalam jaringan lemak dalam taraf yang besar/kecil. Taraf penyebaran obat ke seluruh tubuh disebut volume distribusi.

3.         Karakteristik Pengikatan
Beberapa obat memiliki karakteristik pengikatan yangtidak lazim. Contoh: tetrasiklin terikat dengan tulang dan gigi.Obat anti-malaria klorokuin dapat terikat dengan retina orangdewasa/janin.

4.         Aliran Darah ke Dalam Jaringan
Sebagian jaringan tubuh menerima pasokan darah yanglebih baik daripada lainnya; contoh: aliran darah ke dalam otak jauh lebih tinggi daripada aliran darah ke tulang. Kondisi sirkulasi darah ini menentukan distribusi obat. Sirkulasi darah diutamakan pada jantung, otak, dan paru-paru. Karenavolume sirkulasi terbatas, obat akan terdapat padakonsentrasi tinggi di dalam jaringan yang bisa dijangkaunya.

5.         Kondisi Penyakit yang Diderita Pasien
Contohnya, gagal ginjal dan kegagalan fungsi hati akanmengganggu kemampuan tubuh dalam mengeliminasisebagian besar obat. Obat juga akan menumpuk dalam tubuhjika pasien mengalami dehidrasi. Jika terjadi penumpukanobat, efek sampingnya akan semakin berat. Keadaan lain yangdapat mempengaruhi distribusi obat meliputi: gagal jantung,syok, penyakit tiroid, penyakit GI.

Karena proses distribusi obat sangat mempengaruhi transfer senyawa obat ke lokasi-lokasi pengobatan yang diharapkan, berbagai cara ditempuh dalam pembuatan obat dan jenis sediaannya untuk meningkatkan efektivitas ditribusi obat.
Ada beberapa hal yang diperhatikan saat merancang sediaan obat yang ada hubungannya dengan distribusi obat. Misalnya pada penggunaan obat untuk ibu hamil. Apabila melalui uji klinis terlihat bahwa senyawa obat dapat melintasi plasenta dan senyawa tersebut berbahaya bagi janin, maka obat tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil. Membran otak juga adalah salah satu jaringan yang dihindari pada proses ditribusi obat. Sedikit perubahan struktur pada senyawa obat dapat memodifikasi pola distribusi sehingga obat tidak ditransfer melalui membran otak.

2.3 MEKANISME DISTRIBUSI

Obat setelah diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi darah keseluruh badan. Dalam peredarannya, kebanyakan obat-obat di distribusikan melalui membrane badan dengan cara yang relative lebih mudah dan lebih cepat dibanding dengan eliminasi atau pengeluaran obat.
Distribusi adalah proses suatu obat yang secara reversible meninggalkan aliran darah dan masuk ke interstisium (cairan ekstrasel) dan/atau ke sel-sel jaringan. Pengiriman obat dariplasma ke interstinum terutama tergantung pada aliran darah, permeabilitas kapiler, derajat ikatan ion obat tersebut dengan protein plasma atau jaringan dan hidrofobisitas dari obat tersebut.
distribusi meliputi transport (pengangkutan) molekul obat di dalam tubuh. Setiap kali obat disuntikan atau diabsorbsi ke dalam aliran darah, obat di bawa oleh darah dan cairan jaringan ke tempat aksi obat (aksi farmakologi), tempat metabolisme, dan tempat ekskresi. Kebanykan obat masuk dan meninggal aliran darah di tingkat kapiler, melewati celah antara sel yang membentuk dinding kapiler.Distribusi bergantung besarnya kecukupan sirkulasi darah. Obat di distribusikan cepat kepada organ yang menerima suplai darah dalam jumlah banyak seperti jantung, hati dan ginjal. Distribusi ke organ dalam lainnya seperti lemak otot, dan kulit biasanya lebih lambat. Sebuah faktor penting dalam distribusi obat adalah ikatan protein. Banyak obat membentuk ikatan komplek dengan plasma.
Protein utama adalah albumin yang bertindak sebagai pembawa obat. Molekul obat yang berikatan dengan protein plasma adalah farmakologi inaktif karena ukuran kompleknya (ikatan albumin+obat) yang besar, mencegah obat meninggalkan aliran darah melalui lubang kecil di dinding kapiler dan mencapai tempat aksi, metabolisme, dan ekskresi. Hanya bagian obat yang bebas atau tidak terikat yang dapat beraksi di dalam tubuh sel. Sebagai obat yang bebas obat beraksi di dalam sel, terjadi penurunan tingkat plasma obat karena beberapa ikatan obat terlepas.
Ikatan protein membolehkan bagian dari dosis obat  untuk disimpan dan dilepaskan jika dibutuhkan.Beberapa obat juga disimpan di jaringan otot, lemak, dan jaringan tubuh lainnya. dan dilepaskan sedikit-demi sedikit ketika tingkat plasma obat menurun. Mekanisme penyimpanan ini memelihara tingkat obat rendah didalam darah dan mengurangi resiko keracunan. Obat yang diikat kuat oleh plasma protein atau disimpan dalam jumlah besar di jaringan tubuh memiliki aksi obat yang panjang.
Distribusi obat ke dalam Sistem Saraf Pusat ( central nervous system) dibatasi karena terdapat sawar darah otak (blood–brain barrier), yang terdiri dari pembuluh darah kapiler dengan dinding tebal, membatasi pergerakan molekul obat masuk ke dalam jaringan otak. Sawar (penghalang) ini juga bertindak sebagai membran selektif permeabel yang menjaga Sistem Saraf Pusat (SSP). Namun hal ini juga menyebabkan terapi obat  untuk gangguan sisitem saraf sangat sulit diberikan karena harus melewati sel dari dinding kapiler dan lebih jarang antara sel. Sebagai hasilnya, hanya obat yang larut dalam lemak atau memiliki sistem transportasi yang dapat melewati sawar-darah otak dan mencapai kosentrasi terapeutik di dalam jaringan otak.
Distribusi obat selama kehamilan dan menyususi juga unik. Selama kehamilan, sebagian besar obat melewati plasenta dan dapat mempengaruhi bayi. Selama laktasi, banyak obat masuk ke dalam air susu  dan dapat mempengaruhi bayi.
Obat disampaikan ke reseptor melalui sistem sirkulasi dan mencapai target reseptor yang dipengaruhi oleh aliran darah dan konsentrasi jumlah darah di reseptor tersebut. Konsentrasi obat di suatu sel dipengaruhi oleh kemampuan obat berpenetrasi ke dalam kapiler endotelium (tergantung ikatan obat dengan protein plasma) dan difusi melalui membran sel. Distribusi obat di darah, organ dan sel tergantung dosis dan rute pemberian, lipid solubilin obat, kemampuan berikatan dari protein plasma dan jumlah aliran darah ke organ dan sel.
Senyawa yang terdapat pada sebuah sediaan obat, selain zat aktif yang digunakan untuk pengobatan, juga ada senyawa-senyawa yang membantu proses  distribusi zat aktif. Oleh sebab itu tidak dianjurkan kepada pasien atau tenaga medis merubah bentuk sediaan tanpa berkonsultasi dengan apoteker. Misalnya merubah tablet menjadi puyer, apabila dalam bentuk puyer ketersediaan hayati obat tersebut menjadi berkurang.
    



BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat disimpulkan :
1.        Distribusi obat adalah proses-proses yang berhubungan dengan transfer senyawa obat dari satu lokasi ke lokasi lain di dalam tubuh.
2.        Setelah melalui proses absorpsi, obat akan di distribusikan keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikakimianya.
3.        Proses distribusi ini dipengaruhi oleh :
a.       Pengikatan protein plasma
b.      Kelarutan obat dalam lipid (yaitu, apakah obat tersebut larut dalam jaringan lemak)
c.       Sifat-keterikatan obat
d.      Aliran darah ke dalam organ dan keadaan sirkulasi
e.       Kondisi penyakit
4.        Mekanisme distribusi meliputi transport (pengangkutan) molekul obat di dalam tubuh. Setiap kali obat disuntikan atau diabsorbsi ke dalam aliran darah, obat di bawa oleh darah dan cairan jaringan ke tempat aksi obat (aksi farmakologi), tempat metabolisme, dan tempat ekskresi. Kebanykan obat masuk dan meninggal aliran darah di tingkat kapiler, melewati celah antara sel yang membentuk dinding kapiler.Distribusi bergantung besarnya kecukupan sirkulasi darah. Obat di distribusikan cepat kepada organ yang menerima suplai darah dalam jumlah banyak seperti jantung, hati dan ginjal. Distribusi ke organ dalam lainnya seperti lemak otot, dan kulit biasanya lebih lambat. Sebuah faktor penting dalam distribusi obat adalah ikatan protein. Banyak obat membentuk ikatan komplek dengan plasma.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Farmakologi. BPK Penabur. Jakarta.
http://krissandy-gatez.blogspot.com/2012/06/interaksi-obat-dengan-reseptor.html


























LAMPIRAN

Pertanyaan
1.        Apakah semua obat itu di distribusikan melalui pembuluh darah dan bagaimana siklusnya ? Misalnya obat yang melalui oral, suppositoria dan injeksi !
( Kelompok II, Sutriyah )
2.        Apa yang di maksud Afinitas Obat ?
( Kelompok , Nova ratna dewi )
3.        Jelaskan efek samping dari penempukan obat di dalam tubuh ?
( Kelompok , Munfarid Muadzi)
4.        Apakah usia atau umur mempengaruhi proses distribusi ?
( Kelompok, Daryanto )
5.        Bagaimana jika dalam suatu pensidtribusian obat pada pasien yang mengalami kelainan penyakit ?
( Kelompok , Hasti Sunni )

Jawaban
1.      Ya, semua melalui aliran darah. Dengan proses distribusi meliputi transport (pengangkutan) molekul obat di dalam tubuh. Setiap kali obat disuntikan atau diabsorbsi ke dalam aliran darah, obat di bawa oleh darah dan cairan jaringan ke tempat aksi obat (aksi farmakologi), tempat metabolisme, dan tempat ekskresi. Kebanykan obat masuk dan meninggal aliran darah di tingkat kapiler, melewati celah antara sel yang membentuk dinding kapiler. Cuma melewati saluran yang berbeda, semisal pada obat suppositoria, obat langsung bekerja pada pembuluh darah pada dubur atau ans, sedangkan pada obat digoksin dia langsung menuju pembuluh darah pada bagian bawah lidah untuk sediaan obat sublingual. Sedangkan pada sediaan injeksi obat juga langsung pada aliran darah.
2.      Afinitas obat adalah kemampuan obat untuk mengikat reseptor.  Untuk menghasilkan suatu efek dari obat, maka obat tersebut dalam sirkulasi sistemik harus menjadi obat bebas atau tidak terikat dengan protein plasma. Obat yang terikat dengan protein plasma misalnya Albumin maka molekul obat tersebut tidak dapat berefek karena tidak dapat menembus jaringan dikarenakan ukurannya yang terlalu besar, berbeda halnya jika obat dalam sirkulasi sistemik merupakan suatu obat bebas.
     Beberapa obat dapat menghasilkan efek setelah berikatan dengan komponen organisme yang spesifik. komponen organisme yang spesifik tersebut merupakan suatu protein yang terikat dalam membran sel. Komponen spesifik tersebut adalah Reseptor. Reseptor adalah suatu makromolekul yang berupa lipoprotein, lipid, protein atau asam nukleat yang merupakan target aksi suatu obat untuk dapat menghasilkan efek. Sebagai contoh Neurotransmitter asetilkolin, asetilkolin merupakan suatu substansi transmitter yang dilepaskan dari ujung syaraf otonom dan dapat mengaktivasi sel otot polos skeletal, yaitu menghasilkan kontraksi otot polos.
     Interaksi suatu obat dengan sisi aktif reseptor tergantung pada kesesuaian dari dua molekul tersebut, jadi bisa disimpulkan bahwa suatu obat hanya mau berinteraksi terhadap suatu reseptor atau tidak sembarang reseptor, hal ini merupakan ssalah satu sifat dari reseptor yaitu "spesifitas". Namun meskipun demikian sebenarnya  tidak ada spesifik yang sesungguhnya tetapi beberapa mempunyai aksi selektif yang relatif pada satu tipe dari reseptor. Molekul yang paling sesuai berinteraksi dengan sisi aktif reseptor dan mempunyai ikatan terkuat dikatakan mempunyai "afinitas" terbesar terhadap reseptornya. Afinitas merupakan kemampuan suatu senyawa atau obat untuk berinteraksi dengan satu tipe tertentu dari reseptor. 
3.      Efek samping dari penumpukan obat tentunya menimbulkan toksin atau keracunan. Atau bisa jadi menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh itu sendiri, dan paling berbahaya lagi bisa menjadikan kematian.
4.      Usia dalam proses distribusi tidak mempengaruhi proses distribusi itu sendiri, karena dalam proses distribusi obat yang bekerja adalah darah. Namun, mungkin berpengaruh pada organ dalam tubuh itu sendiri, jika dalam anak – anak atau bayi organ dalam tubuhnya belum terbentuk secara sempurna, sedangkan pada lansia atau lanjut usia, organ dalam tubuhnya sudah mengalami penurunan fungsi.
Jika dalam suatu pendistribusian obat dalam tubuh dan tubuh itu mengalami kelainan penyakit, tentu hal pertama yang dilakukan adalah penurunan dosis obat yang bersangkutan. Setelah itu mengobati penyebab dari peny

Tidak ada komentar:

Posting Komentar