“ Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan. ”

“ Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. ”

Jumat, 13 Juni 2014

Distribusi obat dalam tubuh

 MAKALAH DISTRIBUSI OBAT DALAM TUBUH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Dalam arti luas, farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Senyawa ini biasanya disebut obat dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan risiko penggunaan obat.
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat. Farmakologi terutama terfokus pada dua sub, yaitu farmakokinetik dan farmakodinamik.
Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik, seorang farmasis dapat menjadi suatu masalah untuk bagi pasien karena tidak ada obat yang aman secara murni. Hanya dengan penggunaan yang cermat, obat akan bermanfaat tanpa efek samping tidak diinginkan yang tidak mengganggu.
Farmakokinetika adalah segala proses yang  dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi, distribusi,  metabolisme ( biotransformasi ), dan ekskresi.Tubuh kita dapat dianggap sebagai ruangan besar, yang terdiri dari beberapa kompartemen yang terpisah oleh membran-membran sel. Sedangkan proses absorpsi, distribusi dan ekskresi obat dari dalam tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena proses ini tergantung pada lintasan obat melalui lintasan tersebut.
Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein ( lemak dan protein ) yang mengandung banyak pori-pori kecil, terisi dengan air. Membran dapat ditembus dengan mudah oleh zat-zat tertentu, dan sukar dilalui zat-zat yang lain, maka disebut semi permeabel. Zat-zat lipofil ( suka lemak ) yang mudah laryt dalam  lemak dan tanpa muatan listrik umumnya lebih lancar melintasinya dibandingkan dengan zat-zat hidrofil dengan muatan (ion).
Penelitian efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa penyakit berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.
Obat adalah benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskangejala,atau memodifikasi proseskimiadalam tubuh. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hinga akhirnya obat dikeluarkan lagi dari tubuh.
Prosestersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikansecara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksidengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksifarmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkanefek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obatyang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi,metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Tubuh kita punya banyak enzim yang dapat berinteraksi dengan berbagai molekul,termasuk obat, yang berpotensi menjadi racun atau nutrien. Namun, setiap individu jugamemiliki gen berbeda dan produk proteinnya menentukan kemampuan individu merespons obat.Obat yang masuk dalam tubuh - entah lewat cara oral, irup, suntik, atau serap lewat pori- pori kulit - akan melalui beberapa tahap sebelum mencapai sasaran. Setelah diserap, proteinmenjemput dan mengantarkan obat ke dalam suatu sel, misal sel hati. Di sini mereka mengalamimodifikasi oleh sejumlah enzim metabolik (pembongkar-penyusun); bisa diaktifkan atau diurai.Pada manusia bentuk enzim itu berlainan akibat perbedaan dari genetic. Bisa jadi seseorang punya enzim sangat aktif sedangkan milik orang lain malah tidak terlalu aktif

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Dapat mengetahui definisi dari proses distribusi.
2.      Dapat mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi proses distribusi.
3.      Dapat mengetahui mekanisme dari proses distribusi.

1.3 TUJUAN
1.      Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari proses distribusi.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi proses distribusi.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme dari proses distribusi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Distribusi obat adalah proses-proses yang berhubungan dengan transfer senyawa obat dari satu lokasi ke lokasi lain di dalam tubuh. Distribusi merupakan perjalanan obat ke seluruhtubuh. Setelah senyawa obat memasuki sistem sirkulasi melalui absorpsi atau injeksi, senyawa tersebut akan didistribusikan ke seluruh tubuh.
Setelah melalui proses absorpsi, obat akan di distribusikan keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikakimianya. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel, terdistribusi kedalam sel, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel, sehingga distribusinya terbatas, terutama dicairan ekstra sel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan.
Derajat ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat ( Kemampuan obat untuk mengikat reseptor) terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sedikit.

2.2. FAKTOR – FAKTOR MEMPENGARUHI DISTRIBUSI
Proses distribusi ini dipengaruhi oleh :
1.       Pengikatan protein plasma
2.       Kelarutan obat dalam lipid (yaitu, apakah obat tersebut larut dalam jaringan lemak)
3.       Sifat-keterikatan obat
4.       Aliran darah ke dalam organ dan keadaan sirkulasi
5.       Kondisi penyakit

Penjelasan dari faktor- faktor yang mempengaruhi proses distribusi, yaitu :

1.         Protein plasma
Obat terikat dalam protein plasma dalam taraf yang bervariasi.Ikatan protein pada obat akan mempengaruhi intensitas kerja, lamakerja dan eliminasi bahan obat sebagai berikut: bagian obat yangterikat pada protein plasma tidak dapat berdifusi dan pada umumnyatidak mengalami biotransformasi dan eliminasi. Jadi hanya obat –obatbentuk bebas saja yang akan mencapai tempat kerja dan berkhasiat.


2.         Kelarutan Lipid
Kelarutan lipid merupakan taraf larutnya obat di dalam jaringanlemak tubuh. Tubuh secara kimiawi tersusun dari sejumlahkompartemen cairan dan jaringan lemak. Sebagian besar obat didistribusikan ke seluruh kompartemen cairan dalam tubuh, dan kemudian akanditeruskan ke dalam jaringan lemak dalam taraf yang besar/kecil. Taraf penyebaran obat ke seluruh tubuh disebut volume distribusi.

3.         Karakteristik Pengikatan
Beberapa obat memiliki karakteristik pengikatan yangtidak lazim. Contoh: tetrasiklin terikat dengan tulang dan gigi.Obat anti-malaria klorokuin dapat terikat dengan retina orangdewasa/janin.

4.         Aliran Darah ke Dalam Jaringan
Sebagian jaringan tubuh menerima pasokan darah yanglebih baik daripada lainnya; contoh: aliran darah ke dalam otak jauh lebih tinggi daripada aliran darah ke tulang. Kondisi sirkulasi darah ini menentukan distribusi obat. Sirkulasi darah diutamakan pada jantung, otak, dan paru-paru. Karenavolume sirkulasi terbatas, obat akan terdapat padakonsentrasi tinggi di dalam jaringan yang bisa dijangkaunya.

5.         Kondisi Penyakit yang Diderita Pasien
Contohnya, gagal ginjal dan kegagalan fungsi hati akanmengganggu kemampuan tubuh dalam mengeliminasisebagian besar obat. Obat juga akan menumpuk dalam tubuhjika pasien mengalami dehidrasi. Jika terjadi penumpukanobat, efek sampingnya akan semakin berat. Keadaan lain yangdapat mempengaruhi distribusi obat meliputi: gagal jantung,syok, penyakit tiroid, penyakit GI.

Karena proses distribusi obat sangat mempengaruhi transfer senyawa obat ke lokasi-lokasi pengobatan yang diharapkan, berbagai cara ditempuh dalam pembuatan obat dan jenis sediaannya untuk meningkatkan efektivitas ditribusi obat.
Ada beberapa hal yang diperhatikan saat merancang sediaan obat yang ada hubungannya dengan distribusi obat. Misalnya pada penggunaan obat untuk ibu hamil. Apabila melalui uji klinis terlihat bahwa senyawa obat dapat melintasi plasenta dan senyawa tersebut berbahaya bagi janin, maka obat tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil. Membran otak juga adalah salah satu jaringan yang dihindari pada proses ditribusi obat. Sedikit perubahan struktur pada senyawa obat dapat memodifikasi pola distribusi sehingga obat tidak ditransfer melalui membran otak.

2.3 MEKANISME DISTRIBUSI

Obat setelah diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi darah keseluruh badan. Dalam peredarannya, kebanyakan obat-obat di distribusikan melalui membrane badan dengan cara yang relative lebih mudah dan lebih cepat dibanding dengan eliminasi atau pengeluaran obat.
Distribusi adalah proses suatu obat yang secara reversible meninggalkan aliran darah dan masuk ke interstisium (cairan ekstrasel) dan/atau ke sel-sel jaringan. Pengiriman obat dariplasma ke interstinum terutama tergantung pada aliran darah, permeabilitas kapiler, derajat ikatan ion obat tersebut dengan protein plasma atau jaringan dan hidrofobisitas dari obat tersebut.
distribusi meliputi transport (pengangkutan) molekul obat di dalam tubuh. Setiap kali obat disuntikan atau diabsorbsi ke dalam aliran darah, obat di bawa oleh darah dan cairan jaringan ke tempat aksi obat (aksi farmakologi), tempat metabolisme, dan tempat ekskresi. Kebanykan obat masuk dan meninggal aliran darah di tingkat kapiler, melewati celah antara sel yang membentuk dinding kapiler.Distribusi bergantung besarnya kecukupan sirkulasi darah. Obat di distribusikan cepat kepada organ yang menerima suplai darah dalam jumlah banyak seperti jantung, hati dan ginjal. Distribusi ke organ dalam lainnya seperti lemak otot, dan kulit biasanya lebih lambat. Sebuah faktor penting dalam distribusi obat adalah ikatan protein. Banyak obat membentuk ikatan komplek dengan plasma.
Protein utama adalah albumin yang bertindak sebagai pembawa obat. Molekul obat yang berikatan dengan protein plasma adalah farmakologi inaktif karena ukuran kompleknya (ikatan albumin+obat) yang besar, mencegah obat meninggalkan aliran darah melalui lubang kecil di dinding kapiler dan mencapai tempat aksi, metabolisme, dan ekskresi. Hanya bagian obat yang bebas atau tidak terikat yang dapat beraksi di dalam tubuh sel. Sebagai obat yang bebas obat beraksi di dalam sel, terjadi penurunan tingkat plasma obat karena beberapa ikatan obat terlepas.
Ikatan protein membolehkan bagian dari dosis obat  untuk disimpan dan dilepaskan jika dibutuhkan.Beberapa obat juga disimpan di jaringan otot, lemak, dan jaringan tubuh lainnya. dan dilepaskan sedikit-demi sedikit ketika tingkat plasma obat menurun. Mekanisme penyimpanan ini memelihara tingkat obat rendah didalam darah dan mengurangi resiko keracunan. Obat yang diikat kuat oleh plasma protein atau disimpan dalam jumlah besar di jaringan tubuh memiliki aksi obat yang panjang.
Distribusi obat ke dalam Sistem Saraf Pusat ( central nervous system) dibatasi karena terdapat sawar darah otak (blood–brain barrier), yang terdiri dari pembuluh darah kapiler dengan dinding tebal, membatasi pergerakan molekul obat masuk ke dalam jaringan otak. Sawar (penghalang) ini juga bertindak sebagai membran selektif permeabel yang menjaga Sistem Saraf Pusat (SSP). Namun hal ini juga menyebabkan terapi obat  untuk gangguan sisitem saraf sangat sulit diberikan karena harus melewati sel dari dinding kapiler dan lebih jarang antara sel. Sebagai hasilnya, hanya obat yang larut dalam lemak atau memiliki sistem transportasi yang dapat melewati sawar-darah otak dan mencapai kosentrasi terapeutik di dalam jaringan otak.
Distribusi obat selama kehamilan dan menyususi juga unik. Selama kehamilan, sebagian besar obat melewati plasenta dan dapat mempengaruhi bayi. Selama laktasi, banyak obat masuk ke dalam air susu  dan dapat mempengaruhi bayi.
Obat disampaikan ke reseptor melalui sistem sirkulasi dan mencapai target reseptor yang dipengaruhi oleh aliran darah dan konsentrasi jumlah darah di reseptor tersebut. Konsentrasi obat di suatu sel dipengaruhi oleh kemampuan obat berpenetrasi ke dalam kapiler endotelium (tergantung ikatan obat dengan protein plasma) dan difusi melalui membran sel. Distribusi obat di darah, organ dan sel tergantung dosis dan rute pemberian, lipid solubilin obat, kemampuan berikatan dari protein plasma dan jumlah aliran darah ke organ dan sel.
Senyawa yang terdapat pada sebuah sediaan obat, selain zat aktif yang digunakan untuk pengobatan, juga ada senyawa-senyawa yang membantu proses  distribusi zat aktif. Oleh sebab itu tidak dianjurkan kepada pasien atau tenaga medis merubah bentuk sediaan tanpa berkonsultasi dengan apoteker. Misalnya merubah tablet menjadi puyer, apabila dalam bentuk puyer ketersediaan hayati obat tersebut menjadi berkurang.
    



BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat disimpulkan :
1.        Distribusi obat adalah proses-proses yang berhubungan dengan transfer senyawa obat dari satu lokasi ke lokasi lain di dalam tubuh.
2.        Setelah melalui proses absorpsi, obat akan di distribusikan keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikakimianya.
3.        Proses distribusi ini dipengaruhi oleh :
a.       Pengikatan protein plasma
b.      Kelarutan obat dalam lipid (yaitu, apakah obat tersebut larut dalam jaringan lemak)
c.       Sifat-keterikatan obat
d.      Aliran darah ke dalam organ dan keadaan sirkulasi
e.       Kondisi penyakit
4.        Mekanisme distribusi meliputi transport (pengangkutan) molekul obat di dalam tubuh. Setiap kali obat disuntikan atau diabsorbsi ke dalam aliran darah, obat di bawa oleh darah dan cairan jaringan ke tempat aksi obat (aksi farmakologi), tempat metabolisme, dan tempat ekskresi. Kebanykan obat masuk dan meninggal aliran darah di tingkat kapiler, melewati celah antara sel yang membentuk dinding kapiler.Distribusi bergantung besarnya kecukupan sirkulasi darah. Obat di distribusikan cepat kepada organ yang menerima suplai darah dalam jumlah banyak seperti jantung, hati dan ginjal. Distribusi ke organ dalam lainnya seperti lemak otot, dan kulit biasanya lebih lambat. Sebuah faktor penting dalam distribusi obat adalah ikatan protein. Banyak obat membentuk ikatan komplek dengan plasma.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Farmakologi. BPK Penabur. Jakarta.
http://krissandy-gatez.blogspot.com/2012/06/interaksi-obat-dengan-reseptor.html


























LAMPIRAN

Pertanyaan
1.        Apakah semua obat itu di distribusikan melalui pembuluh darah dan bagaimana siklusnya ? Misalnya obat yang melalui oral, suppositoria dan injeksi !
( Kelompok II, Sutriyah )
2.        Apa yang di maksud Afinitas Obat ?
( Kelompok , Nova ratna dewi )
3.        Jelaskan efek samping dari penempukan obat di dalam tubuh ?
( Kelompok , Munfarid Muadzi)
4.        Apakah usia atau umur mempengaruhi proses distribusi ?
( Kelompok, Daryanto )
5.        Bagaimana jika dalam suatu pensidtribusian obat pada pasien yang mengalami kelainan penyakit ?
( Kelompok , Hasti Sunni )

Jawaban
1.      Ya, semua melalui aliran darah. Dengan proses distribusi meliputi transport (pengangkutan) molekul obat di dalam tubuh. Setiap kali obat disuntikan atau diabsorbsi ke dalam aliran darah, obat di bawa oleh darah dan cairan jaringan ke tempat aksi obat (aksi farmakologi), tempat metabolisme, dan tempat ekskresi. Kebanykan obat masuk dan meninggal aliran darah di tingkat kapiler, melewati celah antara sel yang membentuk dinding kapiler. Cuma melewati saluran yang berbeda, semisal pada obat suppositoria, obat langsung bekerja pada pembuluh darah pada dubur atau ans, sedangkan pada obat digoksin dia langsung menuju pembuluh darah pada bagian bawah lidah untuk sediaan obat sublingual. Sedangkan pada sediaan injeksi obat juga langsung pada aliran darah.
2.      Afinitas obat adalah kemampuan obat untuk mengikat reseptor.  Untuk menghasilkan suatu efek dari obat, maka obat tersebut dalam sirkulasi sistemik harus menjadi obat bebas atau tidak terikat dengan protein plasma. Obat yang terikat dengan protein plasma misalnya Albumin maka molekul obat tersebut tidak dapat berefek karena tidak dapat menembus jaringan dikarenakan ukurannya yang terlalu besar, berbeda halnya jika obat dalam sirkulasi sistemik merupakan suatu obat bebas.
     Beberapa obat dapat menghasilkan efek setelah berikatan dengan komponen organisme yang spesifik. komponen organisme yang spesifik tersebut merupakan suatu protein yang terikat dalam membran sel. Komponen spesifik tersebut adalah Reseptor. Reseptor adalah suatu makromolekul yang berupa lipoprotein, lipid, protein atau asam nukleat yang merupakan target aksi suatu obat untuk dapat menghasilkan efek. Sebagai contoh Neurotransmitter asetilkolin, asetilkolin merupakan suatu substansi transmitter yang dilepaskan dari ujung syaraf otonom dan dapat mengaktivasi sel otot polos skeletal, yaitu menghasilkan kontraksi otot polos.
     Interaksi suatu obat dengan sisi aktif reseptor tergantung pada kesesuaian dari dua molekul tersebut, jadi bisa disimpulkan bahwa suatu obat hanya mau berinteraksi terhadap suatu reseptor atau tidak sembarang reseptor, hal ini merupakan ssalah satu sifat dari reseptor yaitu "spesifitas". Namun meskipun demikian sebenarnya  tidak ada spesifik yang sesungguhnya tetapi beberapa mempunyai aksi selektif yang relatif pada satu tipe dari reseptor. Molekul yang paling sesuai berinteraksi dengan sisi aktif reseptor dan mempunyai ikatan terkuat dikatakan mempunyai "afinitas" terbesar terhadap reseptornya. Afinitas merupakan kemampuan suatu senyawa atau obat untuk berinteraksi dengan satu tipe tertentu dari reseptor. 
3.      Efek samping dari penumpukan obat tentunya menimbulkan toksin atau keracunan. Atau bisa jadi menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh itu sendiri, dan paling berbahaya lagi bisa menjadikan kematian.
4.      Usia dalam proses distribusi tidak mempengaruhi proses distribusi itu sendiri, karena dalam proses distribusi obat yang bekerja adalah darah. Namun, mungkin berpengaruh pada organ dalam tubuh itu sendiri, jika dalam anak – anak atau bayi organ dalam tubuhnya belum terbentuk secara sempurna, sedangkan pada lansia atau lanjut usia, organ dalam tubuhnya sudah mengalami penurunan fungsi.
Jika dalam suatu pendistribusian obat dalam tubuh dan tubuh itu mengalami kelainan penyakit, tentu hal pertama yang dilakukan adalah penurunan dosis obat yang bersangkutan. Setelah itu mengobati penyebab dari peny

Minggu, 01 Juni 2014

Sulitnya Dijodohkan

Akhi dan Ukhti sekalian,,
Kali ini saya akan mencoba sharing mengenai Bab PERJODOHAN.
Oke,, diantara kalian semua pastinya ada yang pernah merasakan bagaimana rasanya dijodohkan,, kayak zaman siti nurbaya saja,, masih saja ajang perjodohan di dunia yang sudah serba modern ini, dimana – mana sudah berceceran gadget,.. masih saja ada kata perjodohan.???
Mungkin bagi yang sudah merasakan, rasanya nano – nano,, ada kaget, ada takut,, ada senang,, ada pula sedih dan bingung...
Nha,, bagi kalian yang sudah mempunyai calon pasangan hidup?? Tapi ia tak kunjung datang untuk mempersunting kalian bagaimana? Terus dari pihak keluarga menyodorkan seseorang kandidat untuk menjadi pendamping hidup kita? Nha kalo gitu gimana sobat ???
Bingung pasti kan??? Kondisi itulah yang sudah pernah menimpa saya..
Nha kali ini saya akan memaparkan tips bagaimana mengatasi masalah yang sedemikian rupa ini,,, Jujur saya juga bingung harus berawal dari mana? Karena waktu itu saya juga tak punya banyak pilihan untuk menjalani kehidupan saya.. L
Terus bagaimana?
Tenang kawan,, saya akan memaparkan beberapa hal yang setidak nya bisa membantu menenangkan hati kalian,, atau bahkan menambah bingung saja? J Tapi,,, setidaknya bisa meringankan beban sobat sekalian..
Baiklah lagsung saja ...........
1.       Sabar,, Tabah,, tenangkanlah hati kalian,, Pasti ngerasa “ Kenapa sih hal ini hanya melanda saya? Kenapa dan kenapa ?” Pasti itu yang terbesit di pikiran kita.. Sabar adalah kunci dari semuanya,, Ingat Allah,, Dia tak akan pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba Nya.
2.       Kalo udah punya calon tapi tak kunjung datang untuk meminang? Nha gimana tuh kalo gitu ? lebih bingung lagi? Iya pasti,, tapi coba deh omongkan dengan pasangan kalian problema yang sedang kalian hadapi. Cobalah berbicara dari hati ke hati.. Insyaallah temu deh jalannya.
3.       Kalo langkah ke 2 gag berhasil gimana sobat?? Jawabannya : Tentu ada pada hati kalian sendiri,, Mintalah bantuan di Sang Kuasa untuk menunjukan jalan yang terbaik untuk mu dan pasangan mu.
4.       Kalo ada Masalah mending yang pertama kalian lakukan menghadap sama Allah dulu,, Ia Maha Kuasa,, Maha Mendengar, Maha Memberikan Petunjuk atas segala masalah kita.
5.       Kalau gag ingin stres sendiri,, kamu perlu curhat dengan orang terdekat mu,, seperti orang tua, keluarga dan sahabat. Tapi Jangan dengan “ TEMAN” . Teman itu belum tentu baik kepada mu, belum tentu bisa menjaga rahasiamu.

Okok,,, sekian .. cukup dari saya,,, smoga bermanfaat.. J

Dan ingatlah setiap masalah pasti ada jalannya. J

MAKALAH SEKRESI SALURAN PENCERNAAN, DIGESTI, DAN ABSORBSI

MAKALAH
SEKRESI SALURAN PENCERNAAN, DIGESTI, DAN ABSORBSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Anatomi Fisiologi Manusia
Mata Kuliah : Anatomi Fisiologi Manusia
                                                   Dosen : Muh. Walid, S.Si.Apt






Disusun oleh:
Ainal Hana                              NPM. 0540018212
Nurul Inayah                           NPM. 0540018012
Noni Handayani                      NPM. 0540018712
Semester II




PROGRAM STUDI DIII FARMASI
FAKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2013 / 2014

KATA  PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya saya  dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan penuh kemudahan, Tanpa pertolongan-Mu mungkin makalah  ini tidak dapat saya selesaikan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang pancasila.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yaitu Bapak Muh. Walid, S.Si.Apt yang telah membimbing kami belajar anatomi fisiologi manusia
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada Muh. Walid, S.Si.Apt yang telah  mengajarkan tentang pancasila. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kami ini .Amin.


Pekalongan, Juni 2014




Penulis




DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar........................................................................................................................    i
Daftar Isi.................................................................................................................................   ii
BAB 1. Pendahuluan
1.1  Latar Belakang.................................................................................................................   1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................................   2
1.3  Tujuan...............................................................................................................................   2
BAB 2. Pembahasan
2.1 Konsep sistem pencernaan ...............................................................................................   3
2.2 Sekresi pencernaan ............................................................................................................  4
2.3 Digesti saluran pencernaan................................................................................................   6
2.4 Absorbsi saluran pencernaan ...........................................................................................  11
BAB 3. Penutup
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................   14
3.2 Saran................................................................................................................................   14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................    15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang

Pada dasarnya, semua makhluk hidup harus memenuhi kebutuhan energinyadengan cara mengkonsumsi makanan. Makanan tersebut kemudian diuraikan dalam sistem pencernaan menjadi sumber energi, sebagai komponen penyusun sel dan jaringan tubuh, dan nutrisi yang membantu fungsi fisiologis tubuh. Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan yang kita makan. Alat pencernaan makanan dapat di bedakan atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan manusia memanjang darimulut sampai anus, terdiri dari mulut (kaum olis), kerongkongan (esofagus), lambung (ventlikulus), usus halus(intestinum) usus besar (kolon), dan anus. Kelenjar pencernaan menghasilkan enzim –enzim yang membantu proses pencernaan kimiawi. Kelenjar air liur, kelenjar getah lambung, hati (hepar), dan pankreas.
Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cairyang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus. Dari saluran pencernaan akan terbentuk sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ pencernaan yang tergabung membentuk saluran pencernaan. saluran pencernaan tersebut terdiri dari Oris(mulut), Faring(tekak), Esofagus(kerongkongan) Ventrikulus(lambung), usus halus,usus besar, rektum, anus. Selain itu alat penghasil getah cerna terdiri dari Kelenjar ludah, kelenjar getah lambung, kelenjar hati, kelenjar pankreas, kelenjar getah usus.
Selama dalam pankreas, pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat yang sederhana yang hanya diserap dan digunakan oleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung di dalam berbagai cairan pencernaan.
Setiap jenis zat mempunyai tugas khusus bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lain.


1.2    Rumusan masalah
1.    Bagaimana konsep dari sistem Pencernaan?
2.    Apa saja yang diketahui mengenai sekresi pencernaan ?
3.    Apa yang dimaksud dengan Digesti?
4.    Bagaimana Absorbsi pada saluran pencernaan?

1.3    Tujuan
1.      Dapat mengetahui konsep dari sistem pencernaan.
2.      Dapat mengetahui mengenai sekresi pencernaan.
3.      Dapat mengetahui mengenai digesti.
4.      Dapat mengetahui absorbsi dari saluran pencernaan.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Konsep Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan ( bahasa inggris : digestive system ) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Secara spesifik, sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan, memecahnya menjadi molekul nutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut kedalam aliran darah. Kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan. Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yangkompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan.
Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Zat makanan yang dicerna akan diserapoleh tubuh dalam bentuk yang lebih sederhana. Proses pencernaan makanan pada tubuhmanusia dapat dibedakan atas dua macam, yaitu$. Proses pencernaan secara mekanik /aitu proses perubahan makanan dari bentuk besar atau kasar menjadi bentuk kecil dan halus. Pada manusia dan mamalia umumnya, proses pencernaan mekanik dilakukan dengan menggunakan gigi. Proses pencernaan secara kimiawi (enzimatis) yaitu proses perubahan makanan dari zat yang kompleks menjadi zat – zat  yang lebih sederhana dengan menggunakan enzim.
Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh.Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan.Alat-alat pencernaan manusia adalah organ-organ tubuh yang berfungsi mencerna makananyang kita makan. Alat pencernaan dapat dibedakan atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. !elenjar pencernaan menghasilkan enzim – enzim yang membantu proses pencernaan kimiawi. Kelenjar – kelenjar pencernaan manusia terdiri dari kelenjar air liur, kelenjar getah lambung, hati ( hepar), dan pankreas. Berikut ini akan dibahas satu persatu proses pencernaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan makanan pada manusia.

2.2.  Sekresi Pencernaan
a.       Prinsip – prinsip umum dari saluran pencernaan
Dalam tipe anatomis dari kelenjar menyediakan saluran pencernaan yang berbeda-beda. Pertama, pada permukaan epitel dari sebagian besar bagian traktus gastrointestinal terdapat beruta-juta terdapat berjuta-juta kelenjar mukus sel-tunggal yang sering disebut sel goblet. Kelenjar ini berfungsi sebagai respon terhadap iritasi lokal pada epitel. Kedua, banyak daerah permukaan traktus gastrointestinal dikelilingi oleh ceruk (pits) yang merupakan invaginasi dari epitel kedalam submukosa.
Ketiga, didalam lambung dan bagian atas duodenum terdapat sejumlah besar kelenjar tubular yang dalam. Keempat, beberapa kelenjar yang kompleks, yaitu kelenjar saliva, pankreas dan hati juga berhubugan dengan saluran pencernaan. Kelenjar ini menghasilkan sekresi untuk pencernaan atau emulsifikasi makanan. Hati menstruktur secara khusus.

b.      Mekanisme dasar rangsangan kelenjar saluran pencernaan
Pengaruh kontak maan dengan epitel-fugsi perangsangan saraf enterik.       Keberasaan mekanisme makanan dalam suatu segentertentu traktus gastrointestinal biasanya menyebabkan kelenjar-kelenjar daerah itu.
1)       rangsang otonom dari sekresiRangsangan parasimpatis. Rangsang dari saraf parasimpatik ke saluran penccernaan hampir selalu meningkatkan laju kecepatan sekresi kelenjar pencernaan, ini terutama terjadi pada kelenjar dibagian atas saluran seperti kelnjar saliva, kelenjar esofagus, kelenjar gastrik, pankreas dan kelenjar brunner pada duodenum.
2)       Rangsangan simpatis.
Perangsangan saraf simpatis yang menuju traktus gastroinsttinal akan mengakibatkan akan mengakibatkan terjadinya peningkatan ringan sapai sekresi bebrapa kelenjar setempat. Namun, rangsangan simpatis juga mengakibatkan konstriksi pembuluh darah yang menyerupai kelenjar. Oleh karena itu, rangsangan simpatis sendiri biasanya sedikit sedikit meningkatkan sekresi, yang kedua, jika rangsangan parasimpatis atau hormonal sudah menakibatkan sekresi kelanjar yang sangat banyak, adanya tumpah tindih rangsangan simpatis biasanya akan mengurangi sekresi, kadang secara bermakna, terutama karena reduksi vasokonstruksif dari suplai darah.

c.       Mekanisme dasar sekresi oleh sel – sel kelenjar
Sekresi zat organik pada prinsipnya mengarah pada prinsip-prinsip berikut:
1)       zat nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sekresi, pertama harus berdifusi secara aktif oleh darah didalam kapiler kedasar sel kelenjar.
2)      Banyak motokondria yang terletak didalam sel kelenjar yang berdekatan dengan dasarnya terletak menggunakan energi oksidasi untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP).
3)      Energi dari ATP, bersama dengan zat padat. Yang disediakan oleh nutrisi.
4)      Bahan sekretoris kemudian dibawa melalui ubuh reikulum endopalmik, menuju vesikel dari kompleks golgi selama kira-kira 20 menit.
5)      Dalam kompleks golgi, zat-zat tersebut kemudian dimodifikasi, ditambahkan, dipekatkanm dan dikeluarkan melalui sitoplasma dalam bentuk vesikel sekretoris yang tersimpan pada ujung apikal sel-sel sekretoris.
6)      Vesikel-vesikel ini tetap tersimpan sampai sinyal pengontrol syaraf menyebabkan sel mengeluarkan isi vesikel melalui permukaan sel.

d.      Sekresi Saliva
Kelenjar saliva yang utama yaitu kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis, sekresi saliva normal harian berkisar 800 sapai 1500 mililiter, saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama:
1)      sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu α-amilase), yang erupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat, dan
2)      sekresi mukus yang mengandung musim untuk tujuan pelumasan dan perlindungan permukaan.Sekresi ion saliva menganfung sejumlah ion kalium dan ion karbonat. Sebalinya, konsentrasi ion natrium dan klorida umumnya lebih rendah pada saliva daripada didalam plasma.

e.       Sekresi Esofagus
Sekresi esofagus seluruhnya berkarakter mukus dan terutama memberi fungsi pelumasan untuk menelan. Bagian utama dari esofagus dikelilingi oleh beberapa kelenjar mukus sederhana. Padabagian ujung lambung, dan dalam jumlah kecil apada bagian awal esofagus, terdapat juga beberapa sekresi oleh kelenjar mukus campuran. Mukus yang disekresikan oleh kelenjar campuran pada esofagus bagian atas akan mencegah eksplorasi mukosa akibat makanan yang baru saja masuk, sedangkan kelnjar campuran yang berada didekat sambungan esofagustrik akan melindungi esofagusdari pencernaan oleh asam getah lambung yang sering mengalami refluks dari lambung kembali ke bagian bawah esofagus. Walaupun ada fungsi pelindung, tukak lambung kadang masih dapat terjadi pada ujung gastrik esofagus.

f.       Sekresi lambung
Selain sel-sel penyekresi mukus yang mengelilingi seluruh permukaan lambung, mukosa lambung memiliki dua tipe kelnjar tubular yang penting : kelenjar oksintik (kelenjar gastrik), kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik (pembentukan asam) menyeresi asam hdroklorida, pepsinogen, faktor instriksik dan mukus untuk melindungi mukosa pilorus dari asam lambung. Kelenjar tersebut juga meneresi hormon gastrin.

g.      Sekresi Pankreas
Penkreas terletak sejajar dan dibelakang lambung, merupakan kelenjar campuran yang besar yang kebanyakan struktur bagian dlamnya hampir sama seperti kelnjar saliva. Enzim-enzim pencernaan penkreas disekresikan oleh asini penkreas dan sejumlah besar larutan natrium, ikarbonat disekresikan oleh duktulus kecil dan duktus lebih besar yang brasal dari sini.

2.3    Digesti Saluran Pencernaan
A.    Pengertian Digesti
Digesti (pencernaan) adalah proses pemecahan zat-zat makanan sehingga dapat diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Proses digesti meliputi:
(1)   pengambilan makanan (prehensi)
(2)   memamah (mastikasi)
(3)   penelanan (deglutisi)
(4)   pencernaan (digesti)
(5)   pengeluaran sisa-sisa pencernaan (egesti).

Berdasarkan proses pencernaannya dapat dibedakan menjadi digestimakanan secara mekanis, enzimatis, dan mikrobiotis.Hasil akhir proses pencernaan adalah terbentuknya molekul-molekul atau partikel-partikel makanan yakni: glukosa, asam lemak, dan asam amino yang siap diserap (absorpsi) oleh mukosa saluran pencernaan. Selanjutnya, partikel-partikel makanan tersebut dibawa melalui sistem sirkulasi (tranportasi) untuk diedarkan dan digunakan oleh sel-sel tubuh sebagai bahan untuk proses metabolisme (assimilasi) sebagai sumber tenaga (energi), zat pembangun (struktural), dan molekul-molekul fungsional (hormon, enzim) dan keperluan tubuh lainnya.

B.     Sistem Digesti
Sistem digesti tersusun atas saluran digesti dan kelenjar digesti.
1.      Saluran digesti
Pada manusia saluran digesti tersusun atas:
a.       Mulut (rongga mulut)
Di rongga mulut terdapat gigi (gerigi) yang berfungsi untuk menyobek,mengunyah zat-zat makanan secara mekanis sehingga menjadi zat-zat yang lebih kecil dan memudahkan bekerjanya enzim pencernaan. Di rongga mulut terdapat bibir, lidah dan palatum (langit-langit) untuk membantu penguyahan zat makanan,dan penelanan zat makanan. Di rongga mulut terdapat muara kelenjar air liur  (saliva) yang mengandung enzim ptyalin (amilase).

b.      Faring (Pharynx)
Merupakan persilangan antara saluran makanan dan saluran udara. Epiglotis  berperan sebagai pengatur (klep) kedua saluran tersebut. Pada saat menelan makanan saluran udara ditutup oleh epiglotis dan sebaliknya jika sedang menghirup nafas.

c.       Esofagus (kerongkongan)
Sebagai saluran panjang berotot (muskuler) yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Pada batas antara esophagus dengan lambung terdapat sphincter esophagii yang berfungsi mengatur agar makanan yang sudah masuk ke dalam lambung tidak kembali ke esophagus.
d.      Gastrium (lambung)
Di lambung, makanan ditampung, disimpan, dan dicampur dengan asam lambung, lendir dan pepsin. Mukosa lambung banyak mengandung kelenjar pencernaan. Kelenjar pada bagian pilorika dan kardiaka menghasilkan lendir.Kelenjar pada fundus terdapat sel parietal (oxyntic cell) menghasilkan HCl, dan chief cell menghasilkan pepsinogen. Proses digesti di lambung meliputi:
1)        Pencernaan pada lambung sebatas pada protein, sangat sedikit lemak, dan karbohidrat. Absorpsi zat-zat tertentu seperti; alkohol, obat-obatan.
2)        Makanan setelah melewati lambung menjadi dalam bentuk bubur makanan (chyme). Dengan mekanisme dorongan dari otot lambung chyme menuju ke usus dua belas jari (duodenum).

e.       Intestinum tenue (usus halus)
Usus halus dibedakan menjadi 3 bagian: duodenum, jejunum, dan ileum.
1)        Duodenum
Pada duodenum terdapat muara dari duktus koledokus dan duktuspankreatikus. Cairan empedu dari kantung empedu dikeluarkan lewat duktuskoledokus. Cairan pankreas lewat duktus pankreatikus. Cairan pankreas mengandung enzim lipase, amylase, trypsinogen dan chemotrypsinogen. Lipase untuk memecah lemak (setelah diemulsifikasikan oleh empedu) menjadi asam lemak dan gliserol. Amylase untuk memecah amilum menjadi sakarida sederhana.

2)        Jejunum
Jejunum merupakan tempat absorpsi zat-zat makanan. Proses penyerapan (absorpsi) zat-zat makanan meliputi; difusi, osmosis, dan transpor aktif.
a)    Monosakrida dan asam amino melalui mekanisme difusi fasilitasi.
b)   Asam lemak melalui mekanisme difusi biasa.
c)    Vitamin melalui mekanisme difusi biasa.
d)   Air melalui mekanisme difusi dan osmose.
e)    Elektrolit dan mineral melalui mekanisme difusi, dan transport aktif.

3)        Ileum
Absorpsi melalui villi usus.

f.       Intestinum crassum (usus besar)
Usus besar terdiri atas caecum dan colon. Caecum berupa kantung - kantung dengan pita (taenia) dan haustra. Colon dapat dibedakan menjadi colon ascenden (naik), transversal (mendatar), descenden (turun). Usus besar merupakantempat untuk absorpsi air dan mineral yang tidak terserap di usus halus. Pencernaan secara mikrobiotis oleh bakteri komensal (E. coli), menghasilkan gas,dan sintesis vit. K.

g.      Rektum
Rektum merupakan kantung yang berfungsi menampung feses. Setelahpenuh terjadi perangsangan karena ekstensi (peregangan) dinding rektumsehingga timbul keinginan untuk berak (defikasi).

h.      Anus
Anus merupakan katup muskuler (spinchter ani) berfungsi mengatur pengeluaran tinja. Kelainan saluran pencernaan:
1)        Mencret (Diare), karena adanya rangsangan yang berlebihan sehingga motilitas usus meningkat.
2)        Konstipasi, karena defekasi yang tidak teratur dan sulit.

2.      Kelenjar Digesti (Glandula Digestoria)
Kelenjar pada saluran digesti; sel-sel mukosa gastrium dan usus halus. Permukaan dudenum membentuk llipatan-lipatan disebut villi usus, diantara lipatan tersebut terdapat sel-sel Kripta Lieberkuhn yang berperan menghasilkan enzim enterokinase. Enterokinase berperan mengaktifkan trypsinogen menjadi trypsin. Sel sekretori mukosa usus halus mensekresikan cairan yanng mengandung enzim pencernaan:
1)               Disakaridase, berperan menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida.Dibedakaan menjadi: maltase, laktase, dan sukrase.
2)               Peptidase, untuk menghidrolisis polipeptida dan dipeptida menjadi as. amino.
3)               Lipase usus, berperan menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol
.
C.     Proses digesti karbohidrat (KH)
1)   Pencernaan KH di mulut: kelenjar air liur mengeluarkan saliva yang mengandung enzim ptyalin (amilase). Perannya untuk mengubah amilum menjadi sakarida sederhana.
2)   Pencernaan KH di lambung: Karbohidrat dalam makanan ditampung, disimpan, dan dicampur dengan asam lambung, lendir dan pepsin.
3)   Pencernaan KH di Usus halus: di dalam duodenum terdapat amylase untuk
memecah amilum menjadi monosakarida.
Maltosa ⎯⎯⎯→ glukosa + glukosa maltase
Sukrosa ⎯⎯⎯→ fruktosa + glukosa sukrase
Laktosa ⎯⎯⎯→ galaktosa + glukosa laktase
4)    Proses penyerapan (absorpsi) KH melalui mekanisme difusi fasilitasi olehhormon insulin, terutama di duodenum dan jejunum.

D.    Proses Digesti Lemak
Unsur lemak dalam makanan yang memiliki peranan penting dalam proses fisiologis adalah: trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol. Trigliserida terusun atas asam lemak dan gliserol. Kolesterol dalam makanan kebanyakan berasal dari kolesterol hewan, sedangkan kolesterol dari tumbuhan sukar diserap oleh mukosa usus.Digesti lemak makanan meliputi:
1.    Pencernaan lemak di mulut oleh enzim lipase yang dihasilkan kelenjar Ebner’s yang terdapat pada permukaan dorsal lidah dikenal sebagai enzim lipase lingual. Enzim lipase ini bekerja aktif di lambung dan mencerna lemak sekitar 20-30%.
2.    Pencernaan lemak di lambung oleh enzim lipase lambung (gastric lipase).
Enzim lipase lambung ini kurang memiliki peranan penting kecuali bila terjadi gangguan pankreas.
3.    Pencernaan lemak di usus halus: Pada duodenum terdapat muara dari duktus choledokus dan duktus pankreatikus. Cairan empedu dikeluarkan lewat duktus choledokus, sedangkan cairan pankreas dikeluarkan lewat duktus pankreatikus. Lemak setelah diemulsifikasikan oleh garam empedu menjadi larut air sehingga memungkinkan enzim lipase pankreas bekerja. Enzim lipase pankreas memegang peranan penting pada digesti lemak di dalam usus halus sebagai pemecah ikatan antara asam lemak dengan gliserol pada rantai 1 dan 3 dari trigliserida sehingga dihasilkan asam lemak dan 2 mol monogliserida.
4.    Asam lemak, gliserol, dan kolesterol di dalam lumen usus halus bersatu membentuk butiran-butiran (agregat) yang disebut micelle.
5.     Kolesterol yang terdapat dalam makanan dalam wujud ester kolesterol yang akan dihidrolisis oleh enzim ester-kolesterol hidrolase yang terdapat dalam cairan pankreas menjadi kolesterol.
6.    Proses penyerapan (absorpsi) lemak makanan: micelle diserap oleh sel mukosa usus halus dengan cara difusi pasif. Di dalam sel mukosa usus asam lemak dan gliserol mengalami reesterifikasi (bergabung lagi) menjadi trigliserida.
Demikian juga kolesterol mengalami reesterifikasi menjadi ester kolesterol.
7.    Trigliserida dan ester kolesterol bersatu diselubungi oleh selaput protein sehingga disebut lipoprotein atau disebut kilomikron. Hal ini untuk mencegah agar antar molekul lemak tidak bersatu sehingga membentuk bulatan besar.
Kilomikron keluar dari sel mukosa usus secara eksositosis (kebalikan pinositosis) kemudian diangkut lewat sistem limfatik (duktus thoracikus, cysterna chili) selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah. Kadar kilomikron dalam plasma darah meningkat 2-4 jam setelah makan. Sedangkan gliserol langsung diabsorpsi ke pembuluh darah porta hepatika. Absorpsi lemak paling banyak terjadi di usus halus bagian atas (duodenum dan yeyenum) dan sebagian kecil di ileum.

2.4    Absorbsi Saluran Pencernaan
Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan KH, L. P (gula sederhana, asam lemak dan asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan sel-sel tubuh
1.      Anatomi sistem absorpsi
Absorpsi zat – zat gizi terutama terjadi pada permukaan usus halus. Usus halus yang panjangnya kurang lebih enam meter dan diameter kurang lebih 2,5 cm, mempunyai luas permukaan 200 m2. Usus halus berbentuk lipatan – lipatan. Tiap lipatan memiliki ribuan jonjot – jonjot yang dinamakan vili. Sebuah vili terdiri atas ratusan sel yang masing – masing mempunyai bulu yang sangat halus, dinamakan mikrovili. Di dalam celah – celah antar vili terdapat kripta – kripta berupa kelenjar yang mengeluarkan getah – getah usus ke dalam saluran usus halus. 
2.      Sistem absorpsi
Vili secara terus – menerus dalam keadaan bergerak. Tiap vilus dilapisi oleh lapisan otot yang sangat tipis. Tiap molekul zat gizi yang ukurannya cukup kecil untuk diserap, terjadi di dalam mikrovili dan diserap ke dalam sel. Pada tiap vili terdapat pembuluh – pembuluh darah dan pembuluh – pembuluh limfe yang berasal dari sistem peredaran darah dan sistem limfe, yang merupakan sistem transportasi zat – zat gizi.Saluran cerna bekerja secara selektif. Bahan yang dibutuhkan tubuh dipecah dalam bentuk yang dapat diserap dan diangkut ke seluruh tubuh, dan bahan yang tidak digunakan dikeluarkan dari tubuh.
  
3.      Cara absorpsi
Absorpsi merupakan proses yang sangat kompleks dan menggunakan empat cara : pasif, fasilitatif, aktif, dan fagositotis.Absorpsi pasif trejadi bila zat gizi diabsorpsi tanpa menggunakan alat angkut atau energi. Absorpsi fasilitatif menggunakan alat angkut protein untuk memindahkan zat gizi dari saluran cerna ke sel yang mengabsorpsi. Absorpsi aktif menggunakan alat angkut protein dan energi.

4.      Pengaturan pencernaan dan absorpsiProses pencernaan dan absorpsi berlangsung dengan cara sangat terkoordinasi. Struktur saluran cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecahan makanan menjadi unit – unit sangat halus dan pengantaran produknya ke seluruh tubuh.
a.     Hormon – hormon saluran cerna dan sistem saraf
Ada dua sistem yang mengatur sistem pencernaan dan penyerapan, yaitu sistem hormon dan sistem saraf. Isi saluran cerna merangsang atau menghambat sekresi pencernaan dengan memberi pesan yang disampaikan hormon dan sistem saraf dari satu bagian cerna ke bagian lain. Pengaturannya dilakukan melalui mekanisme umpan balik.

b.    Pengaturan pH lambung
Pemeliharan pH lambung antara 1,5 – 1,7 dilakukn oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh sel – sel dinding lambung. Masuknya makanan ke dalam lambung merangsang sel – sel pada dinding lambung untuk mengeluarkan gastrin. Gastrin merangsang sel – sel kelenjar lambung lain untuk mengeluarkan cairan hidroklorida. Bila pH mencapai 1,5 asam klorida menghentikan pengeluaran gastrin, sehingga produksi hidroklorida ikut terhenti, dan lambung tidak menjadi terlalu asam.Pengaturan lain adalah reseptor saraf di dalam dinding lambung. Reseptor ini bereaksi terhadap kehadiran makanan dengan cara merangsang kelenjar lambung untuk mengeluarkan cairannya dan otot untuk melakukan kontraksi. Pada saat lambung mengosongkan diri, reseptor tidak lagi terangsang, pengeluaran cairan lambung diperlambat dan kontraksi lambung diperlambat.

c.    Pengaturan pembukaan sfingter pilorus
Pengaturan pembukaan dan penutupan sfingter pilorus dilakukan sebagai berikut : bila sfingter pilorus relaksasi, kimus yang bersifat asam masuk dari lambung ke usus halus. Keasaman yang ditimbulkan berakibat pada penutupan sfingter dengan rapat. Masuknya bikarbonat dari pankreas yang menjadikan medium di sekitar sfingter menjadi basa, membuat otot sfingter kembali relaksasi.
Saluran pencernaan sangat peka terhadap kondisi lingkungan. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor gaya hidup, seperti tidur, istirahat, aktivitas fisik, dan keadaan emosional. Tidur dan istirahat dapat menjadi salah satu cara untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan – jaringan, serta pengeluaran sisa – sisa yang dapat mengganggu fungsi saluran cerna. Aktivitas fisik berpengaruh pada kekencangan otot saluaran cerna, sedangkan keadaan mental berpengaruh pada aktivitas hormon dan urat saraf yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi. Pada saat makan, dibiasakan makan dengan tenang dan rileks untuk mrmbantu proses pencernaan supaya tetap mampu menghsilkan hormon – hormon secara maksimal dan proses mencerna berjalan dengan lancar.
Faktor lain yang juga mempengaruhi pencernaan dan absorpsi adalah jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dikonsumsi harus seimbang, beragam, dan berkecukupan.






BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dari hasil pembahsan maka dapat disimpulkan :
1.       Sistem sekresi terdiri dari ginjal, kulit, paru-paru dan hati. Keempat organ tersebut saling mempengaruhi dan mengeluarkan air, tetapi setiap organ mengeksresikan zat-zat yang berbeda. Ginjal merupakan organ yang terpenting dalam sistem sekresi.
2.      Digesti (pencernaan) adalah proses pemecahan zat-zat makanan sehinggadapat diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Proses digesti meliputi: (1)pengambilan makanan (prehensi), (2) memamah (mastikasi), (3) penelanan(deglutisi), (4) pencernaan (digesti), dan (5) pengeluaran sisa-sisa pencernaan(egesti). Berdasarkan proses pencernaannya dapat dibedakan menjadi digestimakanan secara mekanis, enzimatis, dan mikrobiotis.
3.      Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan KH, L. P (gula sederhana, asam lemak dan asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan sel-sel tubuh

3.2    Kritik dan Saran
       Dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.










DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anderson, Clifford R. 2001. Petunjuk Modern Kepada Kesehatan. Bandung: Indonesia Publishing House.
Guyton dan hall. 2008  Fisiologi kedokteran.perpustakaan nasional. Jakarta.
http://aswidhafm.blogspot.com/2011/11/makalah-sistem-pencernaan.html